Jumat, 03 Februari 2012

Setelah Ngegym

Hampir setiap malam, sehabis pulang kerja, saya menyempatkan diri untuk ngegym. Biasanya tiba di tempat gym pada pukul delapan malam. Ditambah prosesi mandi, saya baru benar-benar meninggalkan gym di bilangan Bintaro itu, pukul sepuluh malam. Bagi saya, ngegym di malam hari sudah menjadi bagian ritual penutup kegiatan saya di hari itu. Ngegym bukan untuk membentuk tubuh tapi hanya menjaga kebugaran. Karena apabila tujuannya membentuk tubuh, sudah sedari dulu perut saya tidak menyerupai perut one pack 5 kg karung beras.

Setelah basa-basi dengan para trainer dan resepsionis, saya bungkus badan saya dengan jaket jeans yang warnanya sudah memudar dan mbelel. Saya pacu motor biru pabrikan Suzuki pada kecepatan 30 km/jam. Kecepatan favorit!

Namun malam itu, perut saya terasa amat keroncongan. Lain seperti biasanya. Tidak banyak pilihan menu makanan yang ‘aman’ di malam hari. Akhirnya setelah saya telepon ketua RT Desa Sarang Penyamun, saya memutuskan untuk makan Cah Kangkung Saos Tiram. Tentunya tanpa nasi. Karena menurut Ki Joko Bobo, nasi putih mengandung kadar gula tinggi yang bisa menyebabkan perut ndut, apalagi di konsumsi malam hari.

Setelah melewati warung tenda penjual Daging Banteng Tiram, penjual Kuku Ayam Goreng dan penjual Bulu Burung Elang Balado, tibalah saya di warung tenda biru penjual spesialis Cah Kangkung dengan Cah Cing Cang Keling sebagai chef andalannya. Tanpa basa-basi saya langsung pesan Cah King Kong Saos Tiram, eh Cah Kang Kung, ding.

Menu ‘aman’ pun tersaji dengan minuman jeruk hangat tanpa gula. Ketika suapan pertama touch down di mulut, terdengar suara sumbang bas betot karet tambal ban. Bukan hanya itu, sayapun mendengar suara artisnya menyanyikan,

“Ke sana kemari membawa alamat…
Namun yang ku temui bukan dirinya…
Sayang yang ku terima alamat palsu…”

Hampir, saya meninggalkan meja tempat makan untuk berjoget sambil nyawer. Untunglah, naluri itu tertahan karena perut yang lagi lapar.
Beberapa lama kemudian, artis bas betot itu sudah berdiri disamping saya. Dia tidak menyanyi.
Dia berkata,
“Hai, ganteeeeng! Kok, makan sendiri?”

Tidak ada respon yang tersisa dari saya, selain bertanya, “Heh?”

Seketika, dia pun menjawil kedua pipi saya. Menarik ke kiri dan ke kanan. Sambil memonyongkan bibir sensualnya. Mirip ABG apabila di foto supaya keliatan unyu atau imut. Artis itu seperti perempuan, memakai baju sporty dengan bagian perutnya yang membuka. Tentunya dengan baju seperti itu, angin malam akan leluasa bersarang di tubuhnya. Lalu saya berandai, apabila perut itu ditusuk jarum pentul, pasti akan keluar angin.

Artis berambut pirang itu, memakai rok mini mengkilap keperak-perakan. Keliatan begitu blink-blink ketika diterpa cahaya petromaks. Tidak lupa dengan boots warna pink dengan tambalan tensoplast di boots kanannya. Sempurna sekali, artis ini. Sempurna niatnya!

Untunglah, pertunjukkan adrenalin itu hanya berlangsung beberapa menit. Kemudian dia pergi bersama bas betotnya di tengah dinginnya malam yang mulai rintik-rintik itu. Dia pun tidak meminta uang seribu rupiah yang telah saya siapkan diatas meja.

Tidak ada guratan keluhan di wajah artis itu. Dia selalu sumringah apabila mampir di tempat makan untuk membawakan lagu Alamat Palsu-nya, Ayu Ting Ting. Walaupun lagunya selalu sama, setidaknya dia update dengan trend lagu saat ini.

Menurut saya, dia adalah salah satu pekerja yang komitmen dengan pekerjaannya. Tidak ada yang ditutupi, termasuk udelnya. Apapun cuacanya, dia konsisten dengan kostumnya. Mungkin tanpa dia sadari, dia telah menjadi seorang entertainer sejati. Walaupun kebanyakan dari kita, mungkin menganggapnya sebagai penghibur yang absurb.

Saya pun kenyang, bersiap lanjutkan perjalanan menuju pulang. Di kejauhan, saya mendengar alunan bas betot artis itu. Alunan musik yang sederhana dan suara artis yang ala kadarnya tapi begitu jujur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar