Senin, 28 November 2011

Kita, Dulu dan Reuni

Empat belas tahun lalu, saya begitu bodoh hingga saya tidak mengerti bagaimana bersikap yang layak. Begitu banyak kealpaan yang membuat saya gemes dan gregetan.
Saya pernah mengungkapkan perasaan ke seorang cewe sebanyak 7 kali, dan selama 7 kali itu juga saya mengalami penolakan. Saya pernah memanjat pagar sekolah karena telat. Mohon maaf, Bu Anna, saya pernah melakukan itu. Saya pernah menilep sebagian uang SPP hingga saya telat 2 bulan, lalu di panggil ke ruang BP.

Atau seperti cerita Andi Dwi Hartanto yang biasa dipanggil Bedil, salah satu temen baik saya, yang berlagak seperti superhero di bus Bianglala ketika mesti berjibaku sendirian melindungi temen-temen kita dari serangan SMA HangTuah. Lengannya terluka karena sabetan benda tajam. Keesokannya, Ibu Dewi datang ke rumah Andi untuk membesuk, lalu beliau tidak mendapati Andi di rumahnya. Karena saat itu, Andi sedang terbahak-bahak dan ceria di Dunia Fantasi, padahal hari itu, adalah hari seharusnya dia masuk sekolah.

Dan saya pun ingat bagaimana Dharmahadi Putra ato yang biasa kita panggil dengan Banteng, membaca stensilan di pelajaran Pak Sentot. Saat itu, kami begitu serius mendengar khotbah Pak Sentot tentang pengertian Reaksi Kimia, namun Banteng cekakak-cekikik dengan kawan sebangkunya. Mereka menutupi buku stensilan dengan punggung buku kimia yang diletakkan terbalik. Sejurus kemudian, mereka sudah duduk pesakitan di ruang Kepala Sekolah. Lalu, aib itupun tersebar keseluruh kelas 2, hanya dalam hitungan jam.

Kita, pernah melakukan kebodohan itu. Mengingat kesalahan itu yang membuat kita  sekarang tertawa bahkan miris, betapa konyolnya kita.

Namun tanpa disadari, kita belajar bagaimana mengakui kesalahan kita. Kita mengerti untuk bisa jujur terhadap keluguan dan kepolosan kita.
Lalu kita bertransformasi menjadi pribadi yang utuh seperti sekarang. Walaupun perbaikan terhadap pribadi kita gak pernah berakhir dan usai. Tapi kita mengerti bahwa kita cukup menikmati betapa ajaibnya proses transformasi kita. Hingga kita menjadi pribadi yang sekarang.

Let it go
Let it roll right off your shoulder
Don't you know
The hardest part is over
Let it in
Let your clarity define you
In the end
We will only just remember how it feels

*ditulis untuk Reuni Angkatan 1997, SMAN 90 Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar